Bingkai Kehidupan (Kumpulan Puisi)

Daftar Isi
Curahan hati, rasa rindu dan pengalaman hidup senantiasa penulis goreskan dalam goresan larik-larik puisi. Kumpulan puisi untuk pertama kali dibukukan dan diterbitkan dalam kumpulan puisi "Bingkai kehidupan".

Kumpulan puisi merupakan rintisan langkah perjalanan tunas Bangsa untuk menjadi generasi muda yang kreatif menuju harapan masa depan. Melalui puisi dapat mengolah dan menggunakan bahasa secara ekspresif dan imajinatif menyeruakan gelora hatinya sehingga mampu memancarkan ribuan makna.

Menulis puisi merupakan bagian dari sensitiditas setiap orang terhadap berbagai fenomena yang dialaminya. Dengan cara itu, setiap orang dapat merefleksikan apa yang dirasakannya, melakukan perenungan atas apa yang dialaminya, atau bahkan kegelisahan dan petualangan hidupnya.

KUMPULAN PUISI
BINGKAI KEHIDUPAN

Oleh: Nena Rukaenah
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Cetakan Pertama: 2011

IBU

Nafasku setengah dari nafasmu
Hadirmu penerang kalbuku
Kau sejukan hati yang gersang
Menatap diri penuh kasih sayang

Semenjak aku dalam ragamu
Kau tersenyum menanti hadirku
Ketika kau melahirkanku
Betapa rasa sakit ini menjadi kekuatan
Tak ada aral tak pulang kesal
Yang tersisa tangis kebahagiaan

Sungguh kau berhati mulia
Tengah malam kau terjaga
Menemaniku yang baru mengenal dunia
Tangis jadi gundahmu
Senyumku bahagia bagimu

Ibu begitu pula anakmu
Meski jasamu takkan bisa terganti
Ku hanya ingin membuatmu mengerti
Di hatiku hanya inginkan
Senyuman bahagia darimu.

SECERCAH HARAPAN

Tak perlu takut
Tak usah ragu
Berbagi cerita penuh kenangan
Pahit, ketir sudah suratan
Langkahkan kaki menuju secerah harapan

Dalam ruang ku terjaga
Terbesit asa dalam jiwa
Merontak seakan memaksa
Jauhkan diri dari nista

Diantara sebuah pilihan
Tuhan selalu memberi jawaban
Bagi insan yang tengah kebingungan
Inilah jalan menuju kebahagiaan

Diri ini jiwa yang rapuh
Hanya pada-Mu aku bersimpuh

TERUNTUK MEREKA

Untaian kata memang indah
Seribu janji terucap tak peduli
Katanya..
Kami akan berbagi
Kami selalu peduli
Namun semua itu tak terealisasi

Kemiskinan, kejahatan, kekerasan
Berawal dari kelalaian
Mereka duduk tenang
Senyumnya melebar serayam layang

Hai orang yang duduk di atas sana!
Mana janjimu
Mana sumpahmu
Pernahkah kau menoleh
Tangisan kelaparan
Rintihan kesakitan

Mata hatimu diperbudak nafsu
Segunung tak berujung

SENYUMAN MALAM

Malam tebarkan sinarmu
Hiasi gelapku dengan senyuman
Bersama rembulan engkau pun datang
Seakan kelam kian menghilang

Indahmu anugerah nya
Hadirmu karunia-nya
Syukur kami padamu ya Robbi

RINDUKU

Sejuknya pagi ini
Matahari pancarkan sinarmu
 Daun dan ranting tertiup angin 
Seolah melambai ikut menyapa pagi 
Indahnya pagi ini

Memori semasa kecil
Saat ini seakan memanggil
Aku ingin segera kembali
Aku rindu suasana itu

Terbebas dari asap dan debu
Sejenak ingin rasakan belaian ibu
Ku ingat masa itu
Di teras rumah ibu memelukku
Ketika itu berat rasanya tuk menjauh
Tak ingin tinggalkan kampung halamanku

Berbagi senyum dengan alam
Meniti hari dengan kedamaian
Dalam ruang yang tak tergambarkan

POTRET NEGRIKU

Sawah luas berpagar besi
Indah nian nuansa ini
Sejak kapan negeriku begini

Air mengalir bermahkota sampah
Wanginya menambah lelah jiwa yang lemah
Mereka duduk manis
Menengadah ulurkan tangan
Hati ini terkikis habis
Panorama indah dihiasi gerimis

Tak peduli hujan
Beralaskan yang teronggok
Menyesatkan mata
Mereka tak menyerukan angan
Benak dan jiwa hanya ada makanan

Tak mampu mereka ungkapkan
Jeritan hati tak tertahan
Walau mereka dalam diam
Tetap tak bisa lewati malam

GURUKU SAYANG

Kau setetes air sejukan dahaga
Bak lentera dalam harap di kegelapan
Berbagi ilmu berbatas cakrawala
Lewati masa
Demi bangsa

Mengabdi untuk negeri
Meski lelah meniti hari
Tak bergeming temukan mimpi kami

Tebarkan kesenyapan dalam raga
Indahnya cinta pada bangsa

Terima kasih guruku sayang

TERUNTUK PAHLAWAN KAMI

Hai orang mati!!
Pernahkah kau merasakan lelah?
Kenapa kau terkubur?
Sedangkan bangsamu mendengkur
Sebelum kau tertidur

Lihatlah....!!!
Lihatlah mereka di sana
Hidup penuh gelak tawa
Tak tahu awal cerita
Dikala kau teteskan air mata darah
Saat kau pertaruhkan raga
Demi masa

Bangunlah, datangi mereka!
Jangan biarkan jasamu sia-sia
Sungguh mereka tak berduka
Ataupun menyalamimu dengan doa.

DIPERANTAUAN

Kunci pintunya...
Tutuplah jendelanya
Jangan lupa berdoa
Semoga malam ini indah

Lelaplah nak...
Tidurmu dalam belaian ku
Begitu selalu ia mengingatkanku
Namun kini terasa sepi
Beginilah nasib anakmu
Di perantauan tanpa hadirmu
Sepi .....
Sendiri....

Tak terhitung hari yang kutangisi
Mengadu nasib demi sesuap nasi

Lelah raga tak ku sanggup
Meski pejamkan mata tanpa terlelap

Lelah raga tak ku anggap
Meski pejamkan mata tanpa terlelap
Sesekali ku teringat
Masakan ibu sungguh lezat

Tunggulah aku
Ku kan kembali temui ibu

PENANTIAN PANJANG

Hujan turun membasahi
Kabut hitam menyelimuti
Daun kering bertumpuk di sudut hati
Bagaimana mungkin aku mengerti
Kalau malam menyambut mimpi

Ku inginkan kau temani hari
Tanpa takut kau berlari
Walau lelah
Walau lemah
Meski tangisku bercampur darah

Anganku melambung
Biarkan waktu menyambut indahmu
Penantian ini tak berujung

BINGKAI KEHIDUPAN

Renungan kalbu menyibak kenangan
Di balik kaca beribu mata
Alunan melodi seakan sirna
Saat semua sadar tercengang
Tertunduk lirih perih menyayat hati

Meniti hari penuh misteri
Saat masa telah berganti
Namun kenangan takkan pernah mati

Meski kini semua telah pergi
Yang takkan pernah kembali

JERITAN HATI

Terperanjat dalam sepi
Ku termangu dalam angan
Sementara ku ingin berlari dan menepi
Ku tak sanggup kembali lagi

Sendiri lewat senja berujung malam
Hingga gulita mencekam raga
Dera, cerca yang kuterima
Membuatku mati rasa

Air mata tak kunjung sembuhkan luka
Hah .....
Dalam hatiku berkata
Jiwa dan raga berpisah saja

PANTAI IDAMAN

Deru ombak bergemuruh
Butiran pasir tersapu tepi pantai
Ombak pun seakan enggan
Menyapa tepi yang kini penuh kotoran
Tumpukan sampah plastik dan koran
Indah nian pantai idaman

Di mana
Ke mana kiranya indah itu
Siapa ...
Siapa yang membawanya lari

Aroma kesejukan itu kini hilang
Tak ada lagi damai bagi insan
Kini alam teraniaya zaman

AYAH

Ayah ....
Maafkan aku
Cucuran keringat darahmu
Memberikan gemerlapnya dunia
Sementara anakmu hanya bisa meminta
Tanpa setianya membantumu

Lelah raga tersirat di raut wajah
Kerasnya hidup mengubah segalanya
Sedari dulu tanggung jawabmu
Tak pernah berubah
Keikhlasanmu lewati hari demi aku
Membuatku malu pada dunia

MELODI DALAM NADA

Gelak tawa, riang canda
Hiasi masa di antara kita
Gelisah, gundah tercurah
Raut wajah tercermin indah
Kalah berjalan menguntai kata
Berjuta kenangan terukir dalam nada
Terlantun bersama melodi dalam nada

Bertaut sejenak memandang
Dalam jiwa seakan berdendang
Sahabat....
Jangan tinggalkan jiwa yang sepi
Temani langkahku dengan candamu
Walau terisak tak pernah teriak.

Nena Rukaenah, S.Pd
Nena Rukaenah, S.Pd Guru Bahasa Indonesia | Memasak dan nonton Film drama Korea adalah kesukaanku

Posting Komentar